Beranda | Artikel
Inspirasi dari Nabi Tentang Adab Berdebat - Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid #NasehatUlama
Rabu, 24 November 2021

Inspirasi dari Nabi Tentang Adab Berdebat – Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid #NasehatUlama

 

 

 

Salah satu adab berdebat tentunya adalah mendengar dengan seksama. Dan adab itu dapat menawan hati. Adab dapat menawan hati. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdebat dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, salah seorang pembesar di kaumnya. Suatu hari ‘Utbah duduk di tempat pertemuan kaum Quraisy, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di masjid sendirian, yakni di Masjidil Haram. ‘Utbah lalu berkata, “Wahai kaum Quraisy, bagaimana jika aku menemui Muhammad untuk berbicara dengannya, dan menawarkan kepadanya beberapa hal, barangkali dia mau menerima sebagiannya? Lalu kita dapat memberi apa yang dia mau, agar dia dapat berhenti mengganggu kita.” Perkataan ini mereka sepakati ketika Hamzah baru masuk Islam. Dan mereka melihat pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin bertambah Mereka menjawab, “Baik wahai Abu Walid (panggilan ‘Utbah), pergi dan bicaralah dengannya!” Maka ‘Utbah pergi menghadap beliau. ‘Utbah pun duduk di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata, “Wahai keponakanku, Kamu telah mengetahui bahwa dirimu berasal dari keluarga yang dipercaya dan kedudukan nasab yang tinggi. Dan kamu telah datang pada kaummu dengan perkara yang agung; Dengan perkara itu kamu pecah belah kesatuan mereka, kamu anggap bodoh para pemimpin mereka, kamu cela sesembahan dan agama mereka, dan kamu anggap kafir nenek moyang mereka. Maka dengarkanlah, aku akan menawarkan beberapa perkara untuk kamu pertimbangkan Barangkali kamu dapat menerima sebagiannya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah wahai Abu al-Walid, aku akan mendengarkan…” Tentu beliau memanggil dengan kun-yahnya…untuk menghormati dan menghargai ‘Utbah, orang yang memiliki kedudukan ini. Beliau bersabda, “Katakanlah wahai Abu al-Walid, aku akan mendengarkan…” ‘Utbah berkata, “Wahai keponakanku,..jika dengan perkara yang kamu bawa ini kamu menginginkan harta, kami akan mengumpulkan harta kami untukmu, sehingga kamu menjadi paling kaya di antara kami. Jika dengannya kamu ingin kehormatan, maka kami akan menjadikanmu pembesar kami, sehingga kami tidak akan mengambil keputusan tanpa persetujuanmu. Jika kamu ingin kekuasaan, maka kami akan menjadikanmu penguasa kami. Dan jika yang mendatangimu itu adalah penampakan yang kamu lihat, -yakni jin yang menampakkan diri dan mengikutimu- yang tidak dapat kamu lawan, maka kami akan mencarikanmu pengobatan…dan kami akan mengerahkan harta kami hingga kamu dapat sembuh,..karena mungkin jin itu dapat menguasai seseorang hingga ia diobati.”…

Ketika ‘Utbah selesai berbicara, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkannya, Maka beliau bertanya, “Apakah kamu sudah selesai wahai Abu al-Walid?” Dia menjawab, “Ya.” Beliau berkata, “Kalau begitu dengarkan aku.” Dia menjawab, “Baiklah.” Ini adalah hal yang harus dia lakukan. Karena Rasulullah telah mendengarkannya, maka dia juga harus mendengarkan beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Bismillahirrahmanirrahim Haa miim…Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam keadaan tertutup dari apa yang kamu ajak kami kepadanya…” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus membaca surat ini kepadanya. Dan ketika ‘Utbah mendengarnya, ia terdiam, Dan meletakkan dua tangannya di belakang punggungnya bersandar pada kedua tangannya itu, seraya mendengarkan Rasulullah dengan seksama.

Dalam ayat-ayat ini terkandung ancaman; “Jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud’.” Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat ini sampai selesai, Dan ketika membaca surat ini beliau bersujud pada ayat sajdah di dalamnya. Kemudian beliau bersabda, “Apakah kamu telah mendengarnya wahai Abu al-Walid? Maka itulah ancaman bagimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan terlebih dahulu kemudian baru berbicara. Beliau menjadikan kemampuan mendengar sebagai perantara untuk berdakwah, sehingga lawan debatnya mau tidak mau harus mendengarkan juga. Dan…Inilah adab yang sangat kita butuhkan, yaitu adab seorang pendebat dalam mendengarkan lawan debatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan ucapan ‘Utbah……dengan seksama. Dan menampakkan perhatian kepadanya. Dan barangsiapa yang dapat mendengarkan dengan baik, maka ia dapat membantah dengan baik. ‘Utbah sangat tertarik untuk mendengarkan…karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendengar dengan baik.

Inti dari adab adalah memahami dan mendengarkan lawan bicara. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kesalahan apa yang dibawa ‘Utbah, namun beliau ingin mendengarkan terlebih dahulu seluruh perkataannya, agar beliau dapat membantahnya. Dan sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara, beliau bertanya, “Apakah kamu telah selesai wahai Abu al-Walid?” “Apakah kamu telah selesai berbicara wahai Abu al-Walid?” “Apakah kamu telah mengatakan seluruh yang ingin kamu katakan?” Metode ini sangat berguna, bermanfaat, dan singkat. Dan dengan ini kamu dapat memahami apa yang ingin dikatakan lawan bicara.

================================================================================

مِنْ آدَابِ الحِوَارِ طَبْعًا الْإِصْغَاءُ وَحُسْنُ الِاسْتِمَاعِ

وَالْأَدَبُ يَأْسِرُ

الْأَدَبُ يَأْسِرُ

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فِي نِقَاشِهِ مَعَ عُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَكَانَ سَيِّدًا فِي قَوْمِهِ

قَالَ يَوْمًا وَهُوَ جَالِسٌ فِي نَادِي قُرَيْشٍ

وَنَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ وَحْدَهُ

مَسْجِدِ الْحَرَامِ

فَقَالَ لَهُمْ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَلَا أَقُومُ إِلَى مُحَمَّدٍ فَأُكَلِّمَهُ ؟

وَأَعْرِضَ عَلَيْهِ أُمُوْرًا لَعَلَّهُ يَقْبَلُ بَعْضَهَا ؟

فَنُعْطِيَهُ أَيَّهَا شَاءَ وَيَكُفَّ عَنَّا ؟

وَكَانَ هَذَا الْكَلَامُ قَالُوا حِينَ أَسْلَمَ حَمْزَةُ

وَرَأَوْا أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُونَ وَيَكْثُرُونَ

فَقَالُوا بَلَى يَا أَبَا الْوَلِيدِ قُمْ إِلَيْهِ فَكَلِّمْهُ

فَقَامَ إِلَيْهِ عُتْبَةُ

حَتَّى جَلَسَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ

يَا ابْنَ أَخِي

إِنَّكَ مِنَّا حَيْثُ قَدْ عَلِمْتَ مِنَ الثِّقَةِ فِي الْعَشِيرَةِ

وَالْمَكَانِ فِي النَّسَبِ

وَإِنَّكَ قَدْ أَتَيْتَ قَوْمَكَ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ

فَرَّقْتَ بِهِ جَمَاعَتَهُمْ

وَسَفَّهْتَ بِهِ أَحْلَامَهُمْ

وَعِبْتَ بِهِ آلِهَتَهُمْ وَدِينَهُمْ

وَكَفَّرْتَ بِهِ مَنْ مَضَى مِنْ آبَائِهِمْ

فَاسْمَعْ مِنِّي أَعْرِضُ عَلَيْكَ أُمُورًا تَنْظُرُ فِيهَا

لَعَلَّكَ تَقْبَلُ مِنَّا بَعْضَهَا

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قُلْ يَا أَبَا الْوَلِيدِ أَسْمَعُ

طَبْعًا التَّكْنِيَةُ هَذِهِ

فِيهَا يَعْنِي تَقْدِيرٌ مُرَاعَاةٌ

لِهَذَا الرَّجُلِ صَاحِبِ الْمَكَانَةِ

قَالَ قُلْ يَا أَبَا الْوَلِيدِ أَسْمَعُ

قَالَ يَا ابْنَ أَخِي

إِنْ كُنْتَ إِنَّمَا تُرِيدُ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنْ هَذَا الْأَمْرِ مَالًا

جَمَعْنَا لَك مِنْ أَمْوَالِنَا حَتَّى تَكُونَ أَكْثَرَنَا مَالًا

وَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ بِهِ شَرَفًا سَوَّدْنَاكَ عَلَيْنَا

حَتَّى لَا نَقْطَعَ أَمْرًا دُوْنَكَ

وَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ مُلْكًا مَلَّكْنَاكَ عَلَيْنَا

وَإِنْ كَانَ هَذَا الَّذِي يَأْتِيكَ رَئِيًّا تَرَاهُ

يَعْنِي تَابِعًا مِنَ الْجِنِّ يَتَرَاءَى لَكَ

لَا تَسْتَطِيعُ رَدَّهُ عَنْ نَفْسِكَ

طَلَبْنَا لَكَ الطِّبَّ

وَبَذَلْنَا فِيهِ أَمْوَالَنَا حَتَّى نُبْرِئَكَ مِنْهُ

فَإِنَّهُ رُبَّمَا غَلَبَ التَّابِعُ عَلَى الرَّجُلِ

حَتَّى يُدَاوَى مِنْهُ

فَلَمَّا فَرَغَ عُتْبَةُ

وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَمِعُ مِنْهُ

قَالَ أَقَدْ فَرَغْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ ؟

قَالَ نَعَمْ

قَالَ فَاسْمَعْ مِنِّي

قَالَ أَفْعَلُ

هَذَا شَيْءٌ فَرَضَ نَفْسَهُ

مَا دَامَ اِسْتَمَعَ إِلَيْهِ لَا بُدَّ الْآخَرُ أَنْ يَسْتَمِعَ

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

حم

تَنْزِيْلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا

عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا

فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ

وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ

مِمَّا تَدْعُوْنَآ إِلَيْهِ

وَمَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْهِ

فَلَمَّا سَمِعَ عُتْبَةُ أَنْصَتَ

وَأَلْقَى يَدَيْهِ خَلْفَ ظَهْرِهِ

مُعْتَمِدًا عَلَيْهِمَا يَسْتَمِعُ مِنْهُ

وَفِي الْآيَاتِ

وَعِيدٌ

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

وَالنَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

فِي قِرَاءَتِهِ أَكْمَلَ الْقِرَاءَةَ

وَفِي هَذِهِ السُّورَةِ سَجَدَ

فِي مَوْضِعِ السَّجْدَةِ

ثُمَّ قَالَ قَدْ سَمِعْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ مَا سَمِعْتَ ؟

فَأَنْتَ وَذَاكَ

النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ اِسْتَمَعَ أَوَّلًا

ثُمَّ تَكَلَّمَ

وَاسْتَعْمَلَ الْإِنْصَاتَ وَسِيْلَةً لِلدَّعْوَةِ

وَكَان لاَ بُدَّ لِلْمُقَابِلِ أَنْ يُنْصِتَ

وَ

هَذَا الْأَدَبُ نَحْتَاجُهُ جِدًّا

اسْتِمَاعُ الْمُحَاوِرِ لِمُحَاوِرِهِ

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَابَعَ عُتْبَةَ

بِاعْتِنَاءٍ

وَأَظْهَرَ لَهُ الْإِنْصَاتَ

وَمَنْ أَحْسَنَ الِاسْتِمَاعَ أَحْسَنَ الرَّدَّ

وَقَدْ تَشَوَّقَ عُتْبَةُ لِلسَّمَاعِ

بَعْدَ هَذَا الْإِنْصَاتِ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

رَأْسُ الْأَدَبِ حُسْنُ الْفَهْمِ وَالتَّفَهُّمُ وَالْإِصْغَاءُ لِلْمُتَكَلِّمِ

وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْلَمُ بُطْلَانَ مَا جَاءَ بِهِ عُتْبَةُ

لَكِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَسْتَفْرِغَ مَا لَدَيْهِ

لِيَرُدَّ عَلَيْهِ

وَقَبْلَ مَا يَتَكَلَّمُ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ قَالَ

أَقَدْ فَرَغْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ ؟

أَقَدْ فَرَغْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ ؟

قُلْتَ كُلَّ مَا عِنْدَكَ ؟ خَلَاص ؟

هَذَا أَجْدَى وَأَنْفَعُ وَأَخْصَرُ وَأَفْيَدُ

وَتَفْهَمُ مَاذَا يَقُولُ الْخَصْمُ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/inspirasi-dari-nabi-tentang-adab-berdebat-syaikh-muhammad-shalih-al-munajjid-nasehatulama/